Adik Kecilku Kuat

09.57 0 Comments A+ a-

Usianya terpaut jauh lebih muda dariku, sekitar 6 atau 7 tahun.
Tetapi, ketegaran hatinya patut diacungi jempol. Ia tegar sekali, bahkan ketegarannya berhasil membuatku meneteskan air mata begitu deras. Ia benar benar adik kecilku yang kuat.
Aku pernah mengalami hal serupa, ketika aku harus kehilangan orang yang sangat aku cintai dalam hidupku -mama. Sama sepertinya, saat itu usiaku sekitar 5 atau 6 tahun. Masih sangat kecil untuk merasakan hidup tanpa kasih sayang seorang ibu. Namun, aku sebagai manusia, hamba yang lemah, dapat berbuat apa? Takdir kuasa-Nya tak dapat ku tolak. 
Aku sempat berpikir, betapa malangnya aku. Tidak mempunyai ibu yang setia hadir ketika ada acara atau pun rapat disekolah seperti teman-temanku yang lainnya. Jujur saja, aku iri. Aku pikir, hanya aku perempuan bernasib malang yang ditinggal mati oleh ibunya dan hidup hanya diasuh oleh ayah kandungnya. Tetapi, saat ini, aku mengerti. Bahwasanya ada orang lain yang hidupnya jauh lebih malang dariku, namun ia dapat tetap kuat, bahkan tersenyum menahan kepedihan yang luar biasa.

Hari ini, ia sah menjadi seorang yatim-piatu. 

Aku melihat luka yang begitu mendalam pada aura wajahnya. Namun, adik kecilku itu berusaha untuk biasa-biasa saja. Ia adik kecilku yang kuat. Calon pemimpin yang hebat. Ia tegar begitu dihadapkan oleh nisan ayahnya -yang meninggal karena menderita penyakit kanker lidah. Padahal, baru beberapa tahun yang lalu ia kehilangan ibunya yang meninggal karena penyakit jantung. Sungguh, luar biasa hebatnya ketegaran adik kecilku.
Ia tidak menangis, justru aku yang menangis. Ya, aku menangis karena terharu. Aku tidak pernah membayangkan sebelumnya adik kecilku akan hidup menjadi seorang yatim-piatu seperti apa yang pernah dialami Rasulullah dahulu. Tangisku pun semakin deras ketika aku dapati adik kecilku itu berusaha untuk tetap ceria seperti biasanya. Tidak menangis. Ia tidak menangis bukan karena tidak mengerti tentang kematian, tidak. Ia anak yang cerdas, ia pasti tahu. Tetapi, ia tidak ingin semua orang melihat secara nyata kesedihannya. Ia ingin tetap tegar dihadapan semua orang.

Adik kecilku, jangan bersedih! 
Kau tidak sendiri, ada kami disini yang sangat menyayangimu. 
Berdoalah untuk ayah dan ibumu agar mereka tenang di alam sana.





Jakarta, 5 Juni 2014