Cinta yang Terkubur Rapat
Kisah tentang rasa yang terpendam,rasa yang tak terungkap
dan rasa yang terlarang ..
Saat hati dipenuhi rasa kebimbangan,antara cinta atau persahabatan. Mungkinkah ada kesempatan untuk memilih ??
Saat hati dipenuhi rasa kebimbangan,antara cinta atau persahabatan. Mungkinkah ada kesempatan untuk memilih ??
Sapa saja namanya Hafshah.Gadis itu periang dan manis.Ia
jarang terlihat murung,diam,atau semacamnya.Ia lebih sering terlihat
gembira,terutama saat bersama teman-temannya.Karakternya itulah yang membuat
orang-orang disekitarnya merasa nyaman dengannya,termasuk Aldino,siswa paling
cerdas dikelasnya.Mereka telah bersahabat sejak mereka duduk dibangku kelas 1
SMA.
Waktu berlalu begitu cepat.Hingga tak terasa mereka telah
duduk dibangku kelas 2 SMA.Namun sayangnya,mereka terpisah.Hafshah masuk jurusan
IPS,sedangkan Aldino masuk jurusan IPA.Walau begitu,persahabatan mereka tetap
erat seperti sebelumnya,malah semakin erat.Hingga sampai suatu hari,saat
hadirnya sebuah perasaan yang menghancurkan kedekatan mereka itu terjadi ..
Entah bagaimana mulanya,Hafshah sendiri pun tak mengerti.Ia
merasa cemburu.Cemburu saat Aldino bercengkrama dengan gadis lain.Ia juga mulai
merasa canggung tiap kali Aldino menatap matanya.Ia juga merasa detak
jantungnya seolah berhenti saat Aldino berada di dekatnya.Ia merasakan hal aneh
tersebut.Perasaan ganjil yang tak seharusnya ia rasakan.Perasaan yang terlarang
baginya!
Semakin lama,perasaan itu justru semakin kuat.Semakin
menyiksanya.Membuat setiap gerakannya terasa kaku saat berhadapan dengan
Aldino.Ia merasa tersiksa dengan perasaannya.Namun,ia dapat melakukan apa?
Berusaha untuk menghapus rasa itu dari hatinya? Percuma! Itu hanya membuatnya
semakin tertekan.Serba salah,bukan? Sekarang,yang harus ia lakukan adalah berusaha
untuk menetralkan perasaannya dihadapan Aldino.Bermain sandiwara sebagus
mungkin untuk menutupi perasaan ‘terlarang’ itu.
Suatu hari,saat latihan cheerleaders diruang serbaguna
sekolah ..
“One .. two .. three .. ya,bagus begitu! Ya,lebih kompak
lagi!” Suara sang pelatih terdengar menggema mengisi ruangan.
Tiba-tiba,Hafshah terjatuh.Tangannya memegangi dadanya.Raut
wajahnya terlihat kesakitan.Seluruh teman-temannya menghampirinya dengan wajah
panik,begitu pula dengan sang pelatih.
“Kamu kenapa,shah?” Tanya sang pelatih dengan lembut.
Hafshah hanya menggeleng lemah.Raut wajahnya terlihat
semakin kesakitan.Teman-temannya langsung membawanya ke ruang UKS.
Ia diistirahatkan disana.Sekitar setengah jam
kemudian,kondisinya mulai membaik kembali.Namun,ia masih terlihat sedikit
pucat.Tak lama kemudian,Aldino datang menghampirinya dengan wajah panik.Ia
langsung duduk ditepi ranjang.
“Gue denger,lu tadi pingsan? Kenapa?”
Hafshah memaksakan seulas senyum manisnya,”Nggak papa
kok,gue baik-baik aja.Tadi cuma ngerasa pusing aja.”
“Bener,nih? Sekarang udah ngerasa mendingan? Mau gue anter
pulang nggak?”
“Nggak usah.Gue pulang sendiri aja.”
“Emang kuat? Nanti kalo lu jatuh tengah jalan,gimana? Siapa
yang mau gotong lu,hayo? Nggak usah sok bisa,deh! Udah,biar gue anter
aja.Lagian gue juga bawa motor,kok!”
“Hahaha. Yaudah deh,terserah lu aja.”
Akhirnya,mereka pun pulang
bersama.
Malam harinya,saat hafshah
sedang mengerjakan tugas dilaptopnya,tiba-tiba apa yang ia rasakan tadi siang
ia rasakan kembali.Pusing dan mual.Sangat sakit.Tanpa terasa air matanya
mengalir begitu saja.Ia berusaha untuk tidak berteriak atau meringis,ia
menahannya.Ia menahan rasa sakit itu.Ia bergegas keluar kamar untuk mencari
obat dikotak obat.Namun,baru saja kakinya sampai dipintu kamarnya,pandangannnya
terasa kabur.Ia pingsan.
Saat ia tersadar,ia sudah berada diruangan yang baunya
sangat khas baginya.Rumah sakit.Ya,ia berada dirumah sakit.Dari tempatnya
berbaring,ia bisa melihat ayah dan ibunya sedang berbicara dengan dokter.
“Dokter? Apa analisis dokter itu benar? Mungkin dokter
salah.Tolong cek sekali lagi,dok.Anak saya tidak mungkin menderita penyakit
itu.”
Dokter itu menggeleng pelan,”Maaf pak,tapi analisis ini
terbukti benar.Anak anda memang menderita penyakit kanker otak stadium 4.”
Kanker otak stadium 4? Gue?
“Bagaimana bisa,dokter? Selama ini anak saya baik-baik
saja.Ia menjalani kegiatan kesehariannya dengan riang.Tapi kenapa tiba-tiba
anak saya terkena penyakit itu? Stadium 4 pula?”
“Penyakit itu datangnya bisa kapan saja,pak.Mungkin selama
ini penyakit itu telah bersarang ditubuh anak bapak tanpa disadarinya.Penyakit
itu menggerogoti tubuhnya secara perlahan dan sekarang,penyakit itu telah
sampai pada ujungnya.”
Deg! Hafshah lemas saat
mendengar hal itu.Kebahagiaannya sempurna hilang.Ia menutup wajahnya.Bulir air
mata menetes dari mata indahnya.Hatinya hancur.Segala harapannya pupus
sudah.Kini,ia diambang kematian.Hidupnya tinggal menghitung hari.
Semenjak Hafshah divonis terkena penyakit kanker otak
stadium 4,ia jadi terlihat murung.Belum lagi perasaannya terhadap Aldino yang
kian menyiksanya.Ia memutuskan untuk tidak menceritakan pada Aldino maupun
teman-teman lainnya mengenai penyakitnya ini.
Bahkan,akhir-akhir ini Hafshah terlihat seperti menghindar
dari Aldino.Setiap kali Aldino menghampirinya,ia selalu meninggalkan Aldino
begitu saja.Setiap kali Aldino mengirim pesan singkat,tak pernah ia
balas.Hafshah memang benar-benar berusaha menjauhinya.
Aldino tidak tahu mengapa Hafshah bersikap seperti itu
padanya.Namun,ada sesuatu lainnya yang membuatnya tak kalah penasaran.Sebuah
buku yang selalu dibawa-bawa Hafshah semenjak Hafshah menjauhinya.Buku itu
terlihat unik.Dengan cover yang dihias dengan nuansa romantis.Perpaduan warna
pink dan biru serta dihias dengan bentuk hati.Ia bertekad untuk menguak rahasia
dibalik keunikan buku itu.Barangkali,itu menyangkut dengan perubahan yang
dialami Hafshah.
Maka,suatu hari,saat jam istirahat,Aldino memberanikan diri
untuk mendekati Hafshah lagi ..
Hafshah terlihat sedang asyik
menulis dibuku rahasianya itu dibangku taman sekolah.Begitu Aldino
melihatnya,ia langsung menghampiri dan duduk disebelah Hafshah.
“Shah,gue boleh lihat bukunya
nggak?”
Tanpa mengeluarkan sepatah kata
pun,Hafshah menutup bukunya dan bangkit dari tempat duduknya.Namun,sebelum
Hafshah melangkah pergi,Aldino menarik tangannya.
“Lo kenapa,sih,ama gue? Kenapa lo
selalu menghindar dari gue? Kenapa lo berubah,Shah? Gue berbuat apa ama lo
sampe lo kayak gini ama gue?”
Hafshah menggigit bibirnya.Tangan
Aldino masih mencengkram erat tangannya.
“Shah! Jawab pertanyaan gue! Kenapa
lo diam aja? Lo udah nggak anggep gue sebagai ..”
“Sahabat lo?” Ucapan Hafshah memutus kalimat Aldino.
Perlahan cengkraman Aldino
mengendor.Hafshah menatapnya dengan tajam.
“Lo bisa ga,sih,nggak usik hidup gue
lagi? Gue mau tenang tanpa lo!”
“Shah ..”
“Al,lo nggak akan pernah ngerti
kenapa gue kayak gini ama lo,tapi suatu saat lo pasti ngerti.Gue mohon ama
lo,tolong jauhin gue sejauh-jauhnya.Tolong pergi dari kehidupan gue.Gue
mohon..”
Tes! Satu bulir air mata jatuh
begitu saja dari pelupuk matanya.
“Shah ..”
“Gue serius,Al! Mulai
sekarang,tolong jauhin gue.Anggap aja lo nggak pernah kenal ama gue.Tolong..
tolong pergi dari kehidupan gue..”
Hafshah
langsung berlari meninggalkan Aldino yang masih terbengong-bengong akan ucapan
Hafshah tadi.Ucapan Hafshah membuat dadanya sakit.Menjauhi Hashah?
Menganggapnya tak ada? Bagaikan kabar buruk baginya.Menyakitkan pula untuknya.
Siang itu,Aldino akan
bersiap-siap pergi ke pertandingan bola
basket dengan motornya.Dua minggu sudah ia melakukan apa yang diminta Hafshah
terhadanya.Sebenarnya berat melakukan ini,tapi ia tak ingin memaksa Hafshah
jika kenyataannya gadis itu tak butuh dirinya.
Motor pun melaju dengan kecepatan
tinggi.Ia hanya mendapat kesempatan 10 menit untuk bisa mengikuti
pertandingan.Waktu seakan mengejarnya.Ia semakin mempercepat laju kecepatan
motornya.Namun naas,ketika ia tiba dipersimpangan jalan,sebuah truk yang
berlawanan arah menghadangnya.Kecelakaan pun terjadi.Ia terpental beberapa
meter dari motornya.
Tepat saat kejadian naas itu
terjadi,kanker ganas menyerang sistem kerja otak Hafshah kembali.Lantas,gadis
itu dibawa ke rumah sakit yang kebetulan sama dengan rumah sakit tempat Aldino
ditangani.Mereka ditangani bersebelahan.Ranjang mereka berdampingan.
Kondisi Aldino begitu
buruk.Bahkan,saat Hafshah sudah membaik,Aldino masih belum sadarkan
diri.Hafshah melihatnya.Hafshah melihatnya dalam keadaan menggenaskan seperti
itu.Ia menangis.Seakan tersambar petir,jiwanya terguncang melihat Aldino
tergolek tak berdaya seperti itu.
Aldino? Dia kenapa?
Tepat saat Hafshah bertanya-tanya dalam hatinya, keluarga
Aldino datang bersama seorang dokter.Dan dokter itu menjelaskan bahwa jaringan
jantung Aldino rusak karena dadanya terbentur benda keras.Aldino membutuhkan
donor jantung untuk dapat bertahan hidup.Secepat mungkin.
Mendengar kabar itu,terlintas
pikiran dibenak Hafshah.Pikiran yang gila.Jika ia melakukan itu, sama saja ia
mengorbankan dirinya untuk Aldino.Namun, bagaimana? Toh, nyawanya pun juga
tinggal diujung tanduk. Penyakit yang ia derita tak bisa disembuhkan.Bukankah
lebih baik ia mengorbankan dirinya ?
Seminggu kemudian..
“Aldino.. Ada sesuatu
yang ingin mama bicarakan..” Kata ibunda Aldino saat menemani Aldino
jalan-jalan ditaman rumah sakit.
“Apa,ma?”
“Kamu tahu nggak kenapa sampai sekarang kamu masih bisa bertahan hidup?”
“Haha mama lucu,nih,ah! Yah, itu berarti tuhan masih ngizinin aku buat hidup.Mama nanyanya aneh banget,deh.”
Ibunda Aldino menghela napas panjang, “Kamu tahu nggak kalo kamu sempat koma selama 2 hari? Nggak,kan?”
“Apa,ma?”
“Kamu tahu nggak kenapa sampai sekarang kamu masih bisa bertahan hidup?”
“Haha mama lucu,nih,ah! Yah, itu berarti tuhan masih ngizinin aku buat hidup.Mama nanyanya aneh banget,deh.”
Ibunda Aldino menghela napas panjang, “Kamu tahu nggak kalo kamu sempat koma selama 2 hari? Nggak,kan?”
“Aku nggak sadarlah,ma..”
“Nah,itu dia.Selama kamu koma itu, dokter bilang sama mama bahwa jantung kamu rusak.Butuh donor jantung buat bikin kamu bertahan hidup.Sedangkan buat nyari pendonor jantung itu bukan perkara yang mudah.Tapi,Tuhan berbaik hati mengirimkan bidadarinya untuk membuat kamu tetap bisa bertahan hidup.”
“Nah,itu dia.Selama kamu koma itu, dokter bilang sama mama bahwa jantung kamu rusak.Butuh donor jantung buat bikin kamu bertahan hidup.Sedangkan buat nyari pendonor jantung itu bukan perkara yang mudah.Tapi,Tuhan berbaik hati mengirimkan bidadarinya untuk membuat kamu tetap bisa bertahan hidup.”
“Hah? Jadi? Aku? Kok mama baru cerita sekarang?”
“Mama nggak mau bikin kamu shock,Aldino..”
“Terus siapa bidadari yang mama maksud? Siapa cewek yang donorin jantungnya ke aku?”
Ibunda Aldino terdiam.
“Mama kenapa diam aja?”
“Dia itu.. Hafshah.. sahabat kamu..”
“Terus siapa bidadari yang mama maksud? Siapa cewek yang donorin jantungnya ke aku?”
Ibunda Aldino terdiam.
“Mama kenapa diam aja?”
“Dia itu.. Hafshah.. sahabat kamu..”
Mata Aldino terbelalak kaget. “Hafshah??”
“Iya Aldino.Saat kamu kecelakaan, dia juga masuk rumah
sakit.Ternyata, selama ini ia menderita kanker otak stadium 4.”
“Apa?Kanker otak?”
“Iya, dia merasa kamu lebih pantas hidup daripada dia.Maka
ia mendonorkan jantungnya untuk kamu..”
“Nggak! Aldino nggak percaya!”
“Itu kenyataan,sayang. Dia juga nitipin buku ke
mama.Katanya, itu untuk kamu.” Mamanya meraih sebuah buku dari tas tangannya.
Sebuah buku yang membuat Aldino selalu merasa penasaran.
“Buku itu kan..”
“Ini dari Hafshah sebelum ia meninggal.” Mamanya menyodorkan
buku itu pada Aldino.
Aldino memandangi buku yang selama ini selalu membuatnya
penasaran.Akhirnya, ia dapat membaca buku itu setelah sekian lama dihantui rasa
penasaran.
Perlahan jemarinya mulai membuka buku itu.Halaman pertama
sebuah graffiti indah menghiasi lembar tersebut dengan tulisan “ Kau dan Aku” .
Lembar demi lembar dibuka.Betapa terharunya Aldino ternyata itu adalah
scrapbook yang berisi foto-foto ia dengan Hafshah, disertai cerita-cerita
pendek mengenai momen tersebut.Dan yang lebih mengejutkan, dihalaman terakhir
ada catatan hati Hafshah.
Teruntuk Aldino, sahabatku ..
Apa kabar?
Tak terhitung berapa lamanya kita saling menjaga jarak.Detik, menit,jam,bulan.. aku sama sekali tak tahu dan tak sempat menghitungnya.Satu yang pasti, itu sangatlah lama.
Tak terhitung berapa lamanya kita saling menjaga jarak.Detik, menit,jam,bulan.. aku sama sekali tak tahu dan tak sempat menghitungnya.Satu yang pasti, itu sangatlah lama.
Kau tahu?
Selama itu, aku selalu berusaha untuk kuat.Tegar.Meski jujur saja, hidup tanpamu bagaikan burung yang kehilangan sebelah sayapnya.Kau tahu itu artinya? Ya, aku lemah tanpamu.
Selama itu, aku selalu berusaha untuk kuat.Tegar.Meski jujur saja, hidup tanpamu bagaikan burung yang kehilangan sebelah sayapnya.Kau tahu itu artinya? Ya, aku lemah tanpamu.
Namun, itu memang harus aku lakukan.Tak peduli betapa lemahnya aku
karena menjauhimu.Itu adalah hal yang HARUS aku lakukan.Aku tak ingin menyakiti
perasaanku sendiri.Perasaan kau dan aku.
Maafkan aku Aldino..
Aku tak pernah jujur kepadamu atas penyakitku selama ini.Aku tak ingin
kau merasa terbebani dengan semua itu.Lebih baik aku menyimpannya erat-erat
darimu.Dan juga, tentang perasaanku.
Sekali lagi, maafkan aku Aldino..
Aku bodoh.Aku telah mengkhianati persahabatan kita.Aku telah jatuh
cinta kepadamu.Aku mencintaimu,Aldino!
Itu alasan terbesarku untuk menjauhimu.Aku tak ingin ada yang berubah
diantara kita.Aku tak ingin merusak persahabatan kita yang telah terjalin lama
hanya karena sebuah pengkhianatan itu.Sungguh, aku tak menginginkannya,Aldino!
Sekarang, jalanilah hidupmu dengan kebahagiaan.Aku ada didalam dirimu
melalui perantara jantungku didalam tubuhmu.Kau takkan pernah merasa
kesepian.Aku akan selalu ada menemanimu.Berjanjilah padaku, kau akan menjadi
manusia yang paling bahagia didunia ini..
Aldino diam seketika.Ia langsung memeluk erat-erat buku tersebut dan berteriak lantang, "Aku janji,Shah.. Aku janji..!!"
Selesai~
2 komentar
Write komentarasyik juga boleh di up group ! :)
ReplyMakasih ..
Reply