Cinta yang Terkubur Rapat

23.10 2 Comments A+ a-


Kisah tentang rasa yang terpendam,rasa yang tak terungkap dan rasa yang terlarang ..
Saat hati dipenuhi rasa kebimbangan,antara cinta atau persahabatan. Mungkinkah ada kesempatan untuk memilih ??

Sapa saja namanya Hafshah.Gadis itu periang dan manis.Ia jarang terlihat murung,diam,atau semacamnya.Ia lebih sering terlihat gembira,terutama saat bersama teman-temannya.Karakternya itulah yang membuat orang-orang disekitarnya merasa nyaman dengannya,termasuk Aldino,siswa paling cerdas dikelasnya.Mereka telah bersahabat sejak mereka duduk dibangku kelas 1 SMA.
Waktu berlalu begitu cepat.Hingga tak terasa mereka telah duduk dibangku kelas 2 SMA.Namun sayangnya,mereka terpisah.Hafshah masuk jurusan IPS,sedangkan Aldino masuk jurusan IPA.Walau begitu,persahabatan mereka tetap erat seperti sebelumnya,malah semakin erat.Hingga sampai suatu hari,saat hadirnya sebuah perasaan yang menghancurkan kedekatan mereka itu terjadi ..
Entah bagaimana mulanya,Hafshah sendiri pun tak mengerti.Ia merasa cemburu.Cemburu saat Aldino bercengkrama dengan gadis lain.Ia juga mulai merasa canggung tiap kali Aldino menatap matanya.Ia juga merasa detak jantungnya seolah berhenti saat Aldino berada di dekatnya.Ia merasakan hal aneh tersebut.Perasaan ganjil yang tak seharusnya ia rasakan.Perasaan yang terlarang baginya!
Semakin lama,perasaan itu justru semakin kuat.Semakin menyiksanya.Membuat setiap gerakannya terasa kaku saat berhadapan dengan Aldino.Ia merasa tersiksa dengan perasaannya.Namun,ia dapat melakukan apa? Berusaha untuk menghapus rasa itu dari hatinya? Percuma! Itu hanya membuatnya semakin tertekan.Serba salah,bukan? Sekarang,yang harus ia lakukan adalah berusaha untuk menetralkan perasaannya dihadapan Aldino.Bermain sandiwara sebagus mungkin untuk menutupi perasaan ‘terlarang’ itu.
Suatu hari,saat latihan cheerleaders diruang serbaguna sekolah ..
“One .. two .. three .. ya,bagus begitu! Ya,lebih kompak lagi!” Suara sang pelatih terdengar menggema mengisi ruangan.
Tiba-tiba,Hafshah terjatuh.Tangannya memegangi dadanya.Raut wajahnya terlihat kesakitan.Seluruh teman-temannya menghampirinya dengan wajah panik,begitu pula dengan sang pelatih.
“Kamu kenapa,shah?” Tanya sang pelatih dengan lembut.
Hafshah hanya menggeleng lemah.Raut wajahnya terlihat semakin kesakitan.Teman-temannya langsung membawanya ke ruang UKS.
Ia diistirahatkan disana.Sekitar setengah jam kemudian,kondisinya mulai membaik kembali.Namun,ia masih terlihat sedikit pucat.Tak lama kemudian,Aldino datang menghampirinya dengan wajah panik.Ia langsung duduk ditepi ranjang.
“Gue denger,lu tadi pingsan? Kenapa?”
Hafshah memaksakan seulas senyum manisnya,”Nggak papa kok,gue baik-baik aja.Tadi cuma ngerasa pusing aja.”
“Bener,nih? Sekarang udah ngerasa mendingan? Mau gue anter pulang nggak?”
“Nggak usah.Gue pulang sendiri aja.”
“Emang kuat? Nanti kalo lu jatuh tengah jalan,gimana? Siapa yang mau gotong lu,hayo? Nggak usah sok bisa,deh! Udah,biar gue anter aja.Lagian gue juga bawa motor,kok!”
“Hahaha. Yaudah deh,terserah lu aja.”
Akhirnya,mereka pun pulang bersama.

Malam harinya,saat hafshah sedang mengerjakan tugas dilaptopnya,tiba-tiba apa yang ia rasakan tadi siang ia rasakan kembali.Pusing dan mual.Sangat sakit.Tanpa terasa air matanya mengalir begitu saja.Ia berusaha untuk tidak berteriak atau meringis,ia menahannya.Ia menahan rasa sakit itu.Ia bergegas keluar kamar untuk mencari obat dikotak obat.Namun,baru saja kakinya sampai dipintu kamarnya,pandangannnya terasa kabur.Ia pingsan.

Saat ia tersadar,ia sudah berada diruangan yang baunya sangat khas baginya.Rumah sakit.Ya,ia berada dirumah sakit.Dari tempatnya berbaring,ia bisa melihat ayah dan ibunya sedang berbicara dengan dokter.
“Dokter? Apa analisis dokter itu benar? Mungkin dokter salah.Tolong cek sekali lagi,dok.Anak saya tidak mungkin menderita penyakit itu.”
Dokter itu menggeleng pelan,”Maaf pak,tapi analisis ini terbukti benar.Anak anda memang menderita penyakit kanker otak stadium 4.”
Kanker otak stadium 4? Gue?
“Bagaimana bisa,dokter? Selama ini anak saya baik-baik saja.Ia menjalani kegiatan kesehariannya dengan riang.Tapi kenapa tiba-tiba anak saya terkena penyakit itu? Stadium 4 pula?”
“Penyakit itu datangnya bisa kapan saja,pak.Mungkin selama ini penyakit itu telah bersarang ditubuh anak bapak tanpa disadarinya.Penyakit itu menggerogoti tubuhnya secara perlahan dan sekarang,penyakit itu telah sampai pada ujungnya.”
Deg! Hafshah lemas saat mendengar hal itu.Kebahagiaannya sempurna hilang.Ia menutup wajahnya.Bulir air mata menetes dari mata indahnya.Hatinya hancur.Segala harapannya pupus sudah.Kini,ia diambang kematian.Hidupnya tinggal menghitung hari.

Semenjak Hafshah divonis terkena penyakit kanker otak stadium 4,ia jadi terlihat murung.Belum lagi perasaannya terhadap Aldino yang kian menyiksanya.Ia memutuskan untuk tidak menceritakan pada Aldino maupun teman-teman lainnya mengenai penyakitnya ini.
Bahkan,akhir-akhir ini Hafshah terlihat seperti menghindar dari Aldino.Setiap kali Aldino menghampirinya,ia selalu meninggalkan Aldino begitu saja.Setiap kali Aldino mengirim pesan singkat,tak pernah ia balas.Hafshah memang benar-benar berusaha menjauhinya.
Aldino tidak tahu mengapa Hafshah bersikap seperti itu padanya.Namun,ada sesuatu lainnya yang membuatnya tak kalah penasaran.Sebuah buku yang selalu dibawa-bawa Hafshah semenjak Hafshah menjauhinya.Buku itu terlihat unik.Dengan cover yang dihias dengan nuansa romantis.Perpaduan warna pink dan biru serta dihias dengan bentuk hati.Ia bertekad untuk menguak rahasia dibalik keunikan buku itu.Barangkali,itu menyangkut dengan perubahan yang dialami Hafshah.
Maka,suatu hari,saat jam istirahat,Aldino memberanikan diri untuk mendekati Hafshah lagi ..
Hafshah terlihat sedang asyik menulis dibuku rahasianya itu dibangku taman sekolah.Begitu Aldino melihatnya,ia langsung menghampiri dan duduk disebelah Hafshah.
“Shah,gue boleh lihat bukunya nggak?”
Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun,Hafshah menutup bukunya dan bangkit dari tempat duduknya.Namun,sebelum Hafshah melangkah pergi,Aldino menarik tangannya.
“Lo kenapa,sih,ama gue? Kenapa lo selalu menghindar dari gue? Kenapa lo berubah,Shah? Gue berbuat apa ama lo sampe lo kayak gini ama gue?”
Hafshah menggigit bibirnya.Tangan Aldino masih mencengkram erat tangannya.
“Shah! Jawab pertanyaan gue! Kenapa lo diam aja? Lo udah nggak anggep gue sebagai ..”
“Sahabat lo?”  Ucapan Hafshah memutus kalimat Aldino.
Perlahan cengkraman Aldino mengendor.Hafshah menatapnya dengan tajam.
“Lo bisa ga,sih,nggak usik hidup gue lagi? Gue mau tenang tanpa lo!”
“Shah ..”
“Al,lo nggak akan pernah ngerti kenapa gue kayak gini ama lo,tapi suatu saat lo pasti ngerti.Gue mohon ama lo,tolong jauhin gue sejauh-jauhnya.Tolong pergi dari kehidupan gue.Gue mohon..”
Tes! Satu bulir air mata jatuh begitu saja dari pelupuk matanya.
“Shah ..”
“Gue serius,Al! Mulai sekarang,tolong jauhin gue.Anggap aja lo nggak pernah kenal ama gue.Tolong.. tolong pergi dari kehidupan gue..”
Hafshah langsung berlari meninggalkan Aldino yang masih terbengong-bengong akan ucapan Hafshah tadi.Ucapan Hafshah membuat dadanya sakit.Menjauhi Hashah? Menganggapnya tak ada? Bagaikan kabar buruk baginya.Menyakitkan pula untuknya.

Siang itu,Aldino akan bersiap-siap  pergi ke pertandingan bola basket dengan motornya.Dua minggu sudah ia melakukan apa yang diminta Hafshah terhadanya.Sebenarnya berat melakukan ini,tapi ia tak ingin memaksa Hafshah jika kenyataannya gadis itu tak butuh dirinya.
Motor pun melaju dengan kecepatan tinggi.Ia hanya mendapat kesempatan 10 menit untuk bisa mengikuti pertandingan.Waktu seakan mengejarnya.Ia semakin mempercepat laju kecepatan motornya.Namun naas,ketika ia tiba dipersimpangan jalan,sebuah truk yang berlawanan arah menghadangnya.Kecelakaan pun terjadi.Ia terpental beberapa meter dari motornya.
Tepat saat kejadian naas itu terjadi,kanker ganas menyerang sistem kerja otak Hafshah kembali.Lantas,gadis itu dibawa ke rumah sakit yang kebetulan sama dengan rumah sakit tempat Aldino ditangani.Mereka ditangani bersebelahan.Ranjang mereka berdampingan.
Kondisi Aldino begitu buruk.Bahkan,saat Hafshah sudah membaik,Aldino masih belum sadarkan diri.Hafshah melihatnya.Hafshah melihatnya dalam keadaan menggenaskan seperti itu.Ia menangis.Seakan tersambar petir,jiwanya terguncang melihat Aldino tergolek tak berdaya seperti itu.
Aldino? Dia kenapa?
Tepat saat Hafshah bertanya-tanya dalam hatinya, keluarga Aldino datang bersama seorang dokter.Dan dokter itu menjelaskan bahwa jaringan jantung Aldino rusak karena dadanya terbentur benda keras.Aldino membutuhkan donor jantung untuk dapat bertahan hidup.Secepat mungkin.
Mendengar kabar itu,terlintas pikiran dibenak Hafshah.Pikiran yang gila.Jika ia melakukan itu, sama saja ia mengorbankan dirinya untuk Aldino.Namun, bagaimana? Toh, nyawanya pun juga tinggal diujung tanduk. Penyakit yang ia derita tak bisa disembuhkan.Bukankah lebih baik ia mengorbankan dirinya ?
Seminggu kemudian..
“Aldino..  Ada sesuatu yang ingin mama bicarakan..” Kata ibunda Aldino saat menemani Aldino jalan-jalan ditaman rumah sakit.
“Apa,ma?”
“Kamu tahu nggak kenapa sampai sekarang kamu masih bisa bertahan hidup?”
“Haha mama lucu,nih,ah! Yah, itu berarti tuhan masih ngizinin aku buat hidup.Mama nanyanya aneh banget,deh.”
Ibunda Aldino menghela napas panjang, “Kamu tahu nggak kalo kamu sempat koma selama 2 hari? Nggak,kan?”
“Aku nggak sadarlah,ma..”
“Nah,itu dia.Selama kamu koma itu, dokter bilang sama mama bahwa jantung kamu rusak.Butuh donor jantung buat bikin kamu bertahan hidup.Sedangkan buat nyari pendonor jantung itu bukan perkara yang mudah.Tapi,Tuhan berbaik hati mengirimkan bidadarinya untuk membuat kamu tetap bisa bertahan hidup.”
“Hah? Jadi? Aku? Kok mama baru cerita sekarang?”
“Mama nggak mau bikin kamu shock,Aldino..”
“Terus siapa bidadari yang mama maksud? Siapa cewek yang donorin jantungnya ke aku?”
Ibunda Aldino terdiam.
“Mama kenapa diam aja?”
“Dia itu.. Hafshah.. sahabat kamu..”
Mata Aldino terbelalak kaget. “Hafshah??”
“Iya Aldino.Saat kamu kecelakaan, dia juga masuk rumah sakit.Ternyata, selama ini ia menderita kanker otak stadium 4.”
“Apa?Kanker otak?”
“Iya, dia merasa kamu lebih pantas hidup daripada dia.Maka ia mendonorkan jantungnya untuk kamu..”
“Nggak! Aldino nggak percaya!”
“Itu kenyataan,sayang. Dia juga nitipin buku ke mama.Katanya, itu untuk kamu.” Mamanya meraih sebuah buku dari tas tangannya. Sebuah buku yang membuat Aldino selalu merasa penasaran.
“Buku itu kan..”
“Ini dari Hafshah sebelum ia meninggal.” Mamanya menyodorkan buku itu pada Aldino.
Aldino memandangi buku yang selama ini selalu membuatnya penasaran.Akhirnya, ia dapat membaca buku itu setelah sekian lama dihantui rasa penasaran.
Perlahan jemarinya mulai membuka buku itu.Halaman pertama sebuah graffiti indah menghiasi lembar tersebut dengan tulisan “ Kau dan Aku” . Lembar demi lembar dibuka.Betapa terharunya Aldino ternyata itu adalah scrapbook yang berisi foto-foto ia dengan Hafshah, disertai cerita-cerita pendek mengenai momen tersebut.Dan yang lebih mengejutkan, dihalaman terakhir ada catatan hati Hafshah.
Teruntuk Aldino, sahabatku ..
Apa kabar?
Tak terhitung berapa lamanya kita saling menjaga jarak.Detik, menit,jam,bulan.. aku sama sekali tak tahu dan tak sempat menghitungnya.Satu yang pasti, itu sangatlah lama.
Kau tahu?
Selama itu, aku selalu berusaha untuk kuat.Tegar.Meski jujur saja, hidup tanpamu bagaikan burung yang kehilangan sebelah sayapnya.Kau tahu itu artinya? Ya, aku lemah tanpamu.
Namun, itu memang harus aku lakukan.Tak peduli betapa lemahnya aku karena menjauhimu.Itu adalah hal yang HARUS aku lakukan.Aku tak ingin menyakiti perasaanku sendiri.Perasaan kau dan aku.
Maafkan aku Aldino..
Aku tak pernah jujur kepadamu atas penyakitku selama ini.Aku tak ingin kau merasa terbebani dengan semua itu.Lebih baik aku menyimpannya erat-erat darimu.Dan juga, tentang perasaanku.
Sekali lagi, maafkan aku Aldino..
Aku bodoh.Aku telah mengkhianati persahabatan kita.Aku telah jatuh cinta kepadamu.Aku mencintaimu,Aldino!
Itu alasan terbesarku untuk menjauhimu.Aku tak ingin ada yang berubah diantara kita.Aku tak ingin merusak persahabatan kita yang telah terjalin lama hanya karena sebuah pengkhianatan itu.Sungguh, aku tak menginginkannya,Aldino!
Sekarang, jalanilah hidupmu dengan kebahagiaan.Aku ada didalam dirimu melalui perantara jantungku didalam tubuhmu.Kau takkan pernah merasa kesepian.Aku akan selalu ada menemanimu.Berjanjilah padaku, kau akan menjadi manusia yang paling bahagia didunia ini..

 Aldino diam seketika.Ia langsung memeluk erat-erat buku tersebut dan berteriak lantang, "Aku janji,Shah.. Aku janji..!!"

 Selesai~

2 komentar

Write komentar
5 Maret 2013 pukul 11.58 delete

asyik juga boleh di up group ! :)

Reply
avatar